Sabtu, 05 September 2009

Guruku Mirip Richard Kevin

Malam telah larut, jam dinding berbentuk bulat telah menunjukan pukul sebelas malam. Namun, suara televisi masih saja terdengar menyeruak di ruang tengah. Harusnya jam segini Nona sudah tidur. Ia pasti akan telat bangun sahur nanti. Tak apalah nanti mama pasti bangunin Nona. Remaja kelas dua SMA itu sedang menonton sinetron Assalamualaikum Cinta. Kalau saja di sinetron itu tidak ada artis favoritnya, mungkin ia tak akan pernah menonton apa yang namanya sinetron. Ceritanya klise, cenderung tak logis. Itulah alasan mengapa Nona tidak menyukai sinetron.

Tapi, kali ini berbeda, sejak awal bulan puasa seminggu lalu. Satu sosok cowok ganteng berwajah Indo bernama Richard Kevin telah membuat Nona jadi jatuh cinta sama yang namanya sinetron. Tidak, bukan karena sinetronnya keren tetapi lebih pada lamanya kesempatan menatap wajah si ganteng Richard Kevin

Assalamualaikum Cinta yang Nona tahu adalah sinetron perdananya Richard Kevin. Selebihnya Nona mengenal Richard Kevin sebagai bintang film dengan judul yang paling populer adalah Get Married. Ia tergila-gila pada sosok Richard Kevin sejak menonton Get Married. Sejak itu dari mulai poster sampai artikel yang berbau Richard tak ada satupun yang dilewatkannya. Bahkan Nona berhasil menemukan Friendster Ricahrd Kevin dan betapa gembiranya Nona mana kala request untuk menjadi teman di Friendster-nya itu telah sukses di approve oleh Richard. Sejak itu pula Nona tidak pernah absen menonton beberapa judul film yang di bintangi oleh Richard Kevin.

* * *

Sedikit berbeda mana kala pelajaran Bahasa Inggris telah dimulai. Kali ini Nona kedatangan guru Bahasa inggris yang baru menggantikan Bu Yosi yang telah pindah ke Purwokerto. Kepindahan Bu Yosi konon kabarnya karena ia akan mengajar Piano di sana. Mungkin Bu Yosi sudah bosan mengajar Bahasa Inggris yang jelas-jelas tidak penting karena bukan bahasa sehari-hari masyarakat Indonesia. Setidaknya itu menurut Nona yang sangat tidak menyukai pelajaran Bahasa Inggris.

Nona sama sekali tidak respek ketika guru baru itu memperkenalkan dirinya. Ia malah asyik menggambar sosok wajah Richard Kevin! Sepertinya Nona sedang terkena sindrom Richard Kevin akut. Entah ada atau tidak dalam bahasa kedokteran sindrom seperti itu.

Setelah memperkenalkan diri, guru yang ternyata berjenis kelamin cowok, itu diketahui Nona hanya dari suara guru itu yang menunjukan seorang cowok tulen. Guru cowok itu memulai materi pelajaran Bahasa Inggris dengan bahasan Tenses. Menerangkan apa itu present tense, past tense, dan future tense. Entah itu istilah apa, Nona sama sekali tidak peduli. Bahkan saat guru baru itu memberikan tugas untuk membuat beberapa kalimat yang berhubungan dengan Tenses. Nona seperti cuek. Yang ada dipikirannya saat ini adalah bagaimana menggambar sketsa wajah Richard Kevin agar mirip dengan foto yang tadi malam sempat ia ambil dari internet lalu di print.

“Ehm..ehm… gambar yang bagus.” Puji seseorang.

“Oh iya dong harus bagus.” Nona masih saja berkonsentrasi pada sketsa wajah Richard Kevin.

“Apa kamu sudah mengerjakan tugas yang telah saya berikan barusan?”

Pertanyaan tadi spontan membuat Nona menghentikan keasyikannya tadi, reflek Nona beradu pandang pada orang tersebut. Mendadak ia nerasa seperti mimpi di siang bolong melihat seseorang itu. Orang itu sangat… sangat mirip dengan Richard Kevin!!!!!!!

“Richard…???”

“Bukan bego! Itu guru Bahasa Inggris yang baru.” Rere, teman satu meja Nona berbisik tepat dihadapan daun telinga Nona.

Menyadari hal itu Nona hanya bisa menunjukan senyum yang dipaksakan kepada guru itu dan tangannya diam-diam memindahkan sketsa gambar ke selipan buku tulis.

“Oh.. nama saya bukan Richard tapi Bamby dan kamu silahkan memanggil saya Pak Bamby. Siapa itu Richard?” Tanya Pak Bamby.

“Dia….dia…dia cowok saya, Pak.” Jawab Nona asal membuat Rere diam-diam menahan tawanya.

“Yang tadi kamu gambar itu?”

“I…iya, Pak.”

“Oh…ganteng juga.”

“Ah Bapak ini, dia emang ganteng kok. Pokoknya buat saya dia adalah cowok paling ganteng sedunia, Pak.”

Pak Bamby menatap Nona dengan tajam lalu, “Segera kerjakan tugas yang saya berikan. Sepuluh menit lagi sudah harus selesai dan istirahat nanti kamu harus menghadap saya di kantor!”

“Hahahahaha…huahahahaha…..” Itu Rere sedang memuaskan dahaga tawanya mana kala Pak Bamby sudah kembali duduk di meja guru depan kelas.

Nona mendelik.

“Sejak kapan seorang Nona jadian sama Richard Kevin. Mimpi kali ye… hahaha…”

“Sejak orok! Sialan!”

Hari sudah sore, jam tentunya menunjukan pukul lima. Menjelang buka puasa. Saat itu memang bubaran untuk sekolah siang. Nona langsung menghampiri pemilik Jupiter MX yang tak lain adalah Ayah yang rutin menjemputnya pulang sekolah, karena jam pulang kerja Ayah yang hampir bersamaan dengan jam bubarnya sekolah Nona.

Namun tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri sebelum Nona naik ke kursi penumpang motor. Nona sangat mengenal orang itu karena tadi saat istirahat ia telah puas mendengarkan ceramahnya. Ceramah tentang Bahasa Inggris yang menyebalkan. Seorang guru yang baru saja dikenalnya, mirip dengan Richard Kevin malah bagaikan kembarannya namun Nona mendadak ifil ketika Pak Bamby tadi memaksanya untuk nenyenangi Bahasa Inggris.

Nona melihat Pak Bamby menyapa Ayah, berbasa-basi sebentar, dan tak lama mereka terlibat suatu pembicaraan yang wajib untuk Nona mengupingnya.

“Bisa bahaya kalau Nona tidak menyenangi Bahasa Inggris apalagi sampai tidak mau mempelajarinya. Entah bagaimana dia nanti menghadapi era globalisasi, yang menuntut untuk lebih jeli dalam pergaulan internasional. Pergaulan itu butuh komunikasi lho, Pak. Komunikasi dengan Bahasa Inggris tentunya,” itu kata Pak Bamby yang membuat Nona semakin menganggap bahwa guru Bahasa Inggrisnya kali ini adalah guru yang sok tahu!

“Apakah bapak sudah menyuruhnya untuk ikut les Bahasa Inggris?” Tanya Pak Bamby pada Ayah.

“Sudah tetapi Nona tak pernah mau dan saya pun juga tidak ingin memaksakan dia.”

“Ooohh…”

“Atau…bagaimana kalau Nona privat sama Pak Bamby saja. Yah…mungkin dengan Pak Bamby Nona jadi mau belajar Bahasa Inggris.”

Nona menjadi panik sendiri mendengar usul Ayah tadi. Bagaimana ia mau les prvat dengan Pak Bamby. Sumpah ia tidak akan sudi les privat dengan Pak Bamby. Si guru sok tahu itu. Tidakah Ayah tahu, usulnya itu nanti akan di tolak Nona mentah-mentah.

“Tentu dengan senang hati saya akan memberika dia les tambahan jika bapak berkenan”

“Oke, saya akan bicarakan ini dulu dengan Nona, Pak Bamby.”

* * *

Tidak punya pilihan lagi selain memilih untuk les privat Bahasa Inggris dengan Pak Bamby, si Richard Kevin palsu itu. Ayah mengancam Nona untuk tidak bisa lagi berselancar di internet jika ia tidak mau les Basaha Inggris. Jadwal les sudah ditentukan dari Senin sampai dengan Jumat jam delapan malam atau setelah sholat tarawih.

Sejak saat itu waktu Nona untuk menonton sinetron Assalamualaikum Cinta hanya pada saat hari Sabtu dan Minggu saja karena setelah les privat, Nona merasa matanya sudah tidak kuat untuk menahan kantuk. Tak apalah toh sudah cukup hanya dengan menatap wajahnya Pak Bamby yang tak kalah gantengnya dengan Richard Kevin, bisa menghilangkan rasa kangen Nona pada artis idolanya.

Beberapa kali les dengan Pak Bamby, Nona jadi menganggap Pak Bamby adalah pribadi yang menyenangkan. Ia sudah tidak sebal apalagi menganggap Pak Bamby sebagai orang yang sok tahu. Ketika Pak Bamby sedang menerangkan materi Bahasa Inggris, saat itulah Nona menikmati kesempatannya untuk menatap wajah Pak Bamby sepuasnya.

Seorang guru Bahasa Inggris yang bernama Bamby Cahyadi telah menjelma menjadi sosok yang pupuler di sekolah Nona, hampir semua anak cewek selalu membicarakan ketampanannya. Dan Nona juga secara diam-diam juga menyukainya. Kenapa harus diam-diam, ya karena Nona masih berpendapat bahwa cowok paling tampan sedunia cuma Richard Kevin, tidak ada yang bisa menandingi ketampanannya.

“Sepertinya kamu bukan ceweknya Richard Kevin.” Kata Pak Bamby seusai les berakhir. Itu les terakhir di bulan puasa karena lusa Pak Bamby akan mudik ke Bandung tepatnya daerah Cibiru.

“Maksud bapak?” Nona mengerutkan kening.

Pak Bamby lalu mengambil sebuah brosur dari tasnya. Brosur itu adalah undangan jumpa fans bintang Assalamualaikum Cinta sekaligus acara buka bersama dengan pemain sinetron itu di Bintaro Plaza. Nona membacanya, membaca dengan harapan ia tidak akan melewatkan kesempatan yang satu ini. Kesempatan untuk bertemu dengan Richard Kevin!

“Wah… saya harus datang neh!”

“Jadi beneran kamu mau datang di acara jumpa fans yang norak itu?”

Heh, norak? Yup, memang norak. Tapi, bagaimana lagi cuma itu satu-satunya kesempatan untuk bertemu dengan Richard Kevin.

“Hehehe.. emang norak sih, tapi kan saya cuma mau ketemu sama Richard Kevin doang, Pak. Siapa tahu dia naksir, pas ketemu saya nanti.”

Pak Bamby tertawa kecil. Tertawanya itu kalau ditafsirkan akan berbunyi. “Dasar anak kecil!”

“Yaudah kalau kamu memang pengen datang ke acara itu, besok saya akan jemput kamu jam empat.”

“Bener, Pak??”

Pak Bamby mengangguk mantap.

“Cihuy!!!”

* * *

Ternyata acara jumpa fans itu tak seperti yang Nona bayangkan, untuk bertemu dan mengobrol langsung dengan Richard Kevin sepertinya tidak mungkin karena banyaknya fans yang berdatangan hingga mengakibatkan desakan yang sesak. Nona hanya bisa melihat ketampanan Richard dari kejauhan. Malah menurutnya Richard Kevin yang ada di atas panggung itu sama sekali tak terlihat.

Tiba-tiba Pak Bamby yang saat itu mengenakan topi dengan baju kaos plus jeans, menggenggam tangan Nona erat. Genggaman itu membuat adanya getaran dalam hati Nona namun ia tak mau peduli. Pak Bamby menyeret Nona menerobos desakan orang-orang. Entah mau dibawa kemana, Nona pasrah karena ia sudah kelelahan. Ternyata Mas Bamby membawanya ke belakang panggung.

“Kamu tunggu di sini saja.” Kata Pak Bamby yang lalu terlibat pembicaraan serius dengan beberapa orang dibelakang panggung.

Tak berapa lama Pak Bamby menghampiri Nona lagi dan menyuruhnya untuk duduk di kursi yang ada di belakang panggung.

“Kita tunggu di sini sampai buka puasa nanti. Nanti si Richard Kevin-mu bakal buka puasa di sini.” Kata Pak Bamby.

“Oh oke.. Thanks.”

Benar saja, dibelakang panggung itu Nona buka bersama dengan para artis yang menghadiri jumpa fans. Dan sekarang di sebelah kanan Nona adalah Richard Kevin. Ini terasa mimpi bagi Nona. Bertemu dengan artis idolanya dan berkenalan langsung. Tak henti-hentinya Nona memandang wajah Richard Kevin yang ternyata lebih tampan dari yang sering Nona lihat di televisi.

“Nona ini saking ngefansnya sama kamu, sampai berani mengaku kalau dia itu ceweknya kamu.” Pak Bamby melirik Nona dengan tatapan menggoda.

Nona mendelik sementara Richard tersenyum seolah mengatakan, “Memang banyak yang mengaku-ngaku kalau saya ini adalah cowoknya.”

“Rumahnya dimana, Non?” Tanya Richard.

“Eh ng..di Ciputat Baru.”

“Wah dekat dong sama rumah saya. Saya di Bintaro sektor sembilan. Nanti kalau sempat silahkan mampir.”

“Iya, Insya Allah.”

Setelah menghabiskan makanan buka puasa. Akhrinya Nona mendapat kesempatan untuk foto bareng dengan Richard Kevin, meminta tanda tanngannya, dan berkenalan dengan pemain lainnya seperti Nirina Zubir. Ternyata mereka ramah-ramah apalagi Richard, si ganteng itu low profile. Sayang sekali saat seperti ini harus segera berakhir, untuk selanjutnya Nona harus puas kembali menatap wajah tampan Richard Kevin melalui televisi.

Pak Bamby menghentikan motor tigernya tepat di depan rumah Nona. Malam telah larut dan sudah menunjukan pukul sembilan malam. Nona turun dari kursi penumpang. Pak Bamby melepaskan helmnya

“Maaf saya tak bisa antar ke dalam. Sudah malam, Non.”

“Iya, enggak apa-apa. Oiya terimakasih nih sudah mempertemukan saya dengan cowok saya.”

“Hah?? Cowok dari Hongkong!

“Hahahahaha……”

* * *

Ujian akhir semester sudah hampir mendekati harinya. Namun sudah dua minggu ini Pak Bamby tidak masuk mana kala pelajaran Bahasa Inggris berlangsung. Diam-diam Nona kangen sama Pak Bamby. Sepertinya ia memang jatuh cinta pada gurunya tersebut tapi itu harus ditepisnya, selain karena Pak Bamby adalah seorang guru bagi Nona, juga karena Nona akan pindah ke Cirebon setelah kelas tiga nanti.

Hingga pembagian rapor tiba, Nona juga tidak pernah melihat Pak Bamby lagi. Entah kemana dia. Nona kangen, nona ingin bertemu sebelum ia hengkang dari kota Jakarta ini. Akhirnya ia melangkah ke ruang wakasek untuk menanyakan keberadaan Pak Bamby.

“Ooo.. Pak Bamby. Lho memangnya kamu tidak tahu toh kalau Pak Bamby sudah tidak mengajar lagi di sini sejak sebulan yang lalu.” Kata Pak Fadly. Wakasek Kesiswaan.

“Enggak. Pak Bamby tidak pernah kasih tahu ke saya tentang hal itu. Lalu sekarang Pak Bamby kemana ya, Pak?”

“Dia ditawari menjadi wartawan salah satu koran ibu kota.”

Nona keluar dari ruang wakasek dengan penuh kekecewaan. Pada saat cintanya dengan Pak Bamby mulai tumbuh dan berkembang saat itu juga ia harus menghempaskannya. Entah pada saat di Cirebon nanti akankah ia masih mengingat Pak Bamby, akankah ia masih diberikan kesempatan untuk bertemu dengan Pak Bamby saat ia kembali ke Jakarta nanti.

Mungkin akan bisa ia lupakan sosok Pak Bamby yang telah banyak mengubah hidupnya, yang telah membuat ia menyenangi pelajaran Bahasa Inggris tapi itu akan berlangsung lama. Nona sadar cintanya pada Pak Bamby kali ini terlalu jauh jika disebut karena obsesinya terhadap seorang Richard Kevin.

* * *

Seorang wartawan muda telah selesai dalam tugasnya ketika ia kembali ke kantor redaksi. Menaruh semua peralatan tugasnya. Dari mulai camera digital, alat perekam, hingga rompi yang melambangkan bahwa dirinya adalah seorang wartawan. Ia duduk di kursi meja kerjanya, melepas lelah. Dikeluarkannya HP Nokia tipe N70 dari saku bajunya. Menuju menu galeri ia terpaku memandang sosok cewek manis, ia dapatkan secara diam-diam manakala saat sedang mengajar Bahasa Inggris dulu.

Jujur ia sangat merindukan gadis itu. Sejak awal bertemu ia memang sudah jatuh cinta pada seorang gadis bernama Nona. Tadinya ia ingin menepis semuanya. Ia adalah seorang guru yang tidak sepatutnya memiliki rasa cinta. Ia hanya boleh memberikan kasih sayang layaknya seorang Ayah terhadap muridnya. Namun ketika ia ingin menepisnya, rasa cinta itu justru semakin berkembang dan tumpah melebih segelas air bahkan melebihi derasnya air sungai yang mengalir.

Akhirnya ia memilih untuk mengundurkan diri sebagai guru salah satunya karena ia melihat Nona tidak akan jatuh cinta padanya. Kalau pun itu terjadi, maka sepertinya Nona akan mencintainya karena kemiripannya dengan Richard Kevin. Namun kali ini ia tak kuasa lagi menahan kerinduannya terhadap Nona, ia harus menemui Nona di sekolah.

“Lho sejak awal kelas tiga Nona sudah pindah ke Cirebon, Pak.” Begitulah kata Rere ketika Bamby menanyakan keberadaan Nona.

Sembari menggenggam secarik kertas yang bertuliskan alamat rumah gadis yang dicintainya. Ia menyetop taksi yang kebetulan lewat.

“Stasiun Gambir, Pak.”

Cirebon, September 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar