Sabtu, 05 September 2009

Perbedaan Waktu

SMS diterima. Langsung kubuka inbox, dari Dewi. Entah untuk yang keberapa kalinya dia mengirimkan SMS untukku, padahal sudah dari tadi aku tak membalas SMS siapapun yang masuk ke inbox. Aku mengantuk hingga tertidur. Sebelumnya terlebih dahulu aku memasang alarm di HP, supaya pada pukul dua belas malam nanti aku bisa terbangun.

Lagi-lagi suara SMS masuk telah membangunkanku. Kulirik jam dari HP masih menunjukan pukul setengah dua belas malam. Betapa BTnya aku saat melihat inbox. Dewi lagi, Dewi lagi, dan Dewi lagi. Ternyata sudah masuk dua pesan di inbox yang belum kubuka. Semua itu dari Dewi! Kadang aku menginginkan Richard Kevin mengirim SMS padaku, bukan Dewi. Tapi kutahu itu hanyalah mimpi dan orang-orang pasti menertawakan jika aku mengungkapkapkan keinginanku untuk mendapat SMS dari Richard Kevin. Ada sih jalan pintas norak, agar aku bisa mendapatkan SMS dari Richard Kevin. Caranya dengan ketik Reg spasi RK kirim ke mana…gitu. Lupa nomornya. Namun kuyakin SMS itu bukan hasil ketikan Richard Kevin langsung melainkan hasil ketikan operator SMS Content yang ujung-ujungnya malah akan menyedot pulsa kita sebanyak mungkin.

Akhirnya kubuka juga dua SMS dari Dewi, berisi:

SMS Pertama:

“Jam 12 enggak telepon aa? Enggak mau jadi yang pertama say Happy Birthday?”

SMS Kedua:

“Loe egggak telepon aa? Kan laki loe ultah kekekeke…”

Aduh mimpi apa ya.. aku semalam dapat calon adik ipar yang bawelnya minta ampun. Enggak di telepon, di chatting, di SMS, tetap saja bawelnya enggak sembuh-sembuh Dia enggak tahu apa kalau aku sedang diserang kantuk yang amat sangat. Lagian aku pun sudah men-set alarm HP, biar bisa say happy birthday sama cintaku. Akhirnya dengan penuh emosi, aku balas SMS-nya Dewi sekenanya.

“Reseh loe ye… Orang belum jam 12 juga. Dasar dudulz, ganggu orang lagi tidur ajah!”

Beberapa detik kemudian SMS aku itu langsung dibalas sama Dewi. Dalam hati aku bergumam, balasnya cepat banget. Dasar ratu SMS! Lalu kubuka SMS itu.

“Jah jam loe lelet kalee. Kita di sini dah pada tiup lilin. Wakakakaka… Enak ajah gue dibilang dudulz, elo kalee tuh yang dudulz.”

Setelah membaca SMS tersebut aku langsung sadar akan perbedaan waktu antara Cirebon dan Batam, dalam hati sempat aneh, masa perbedaan waktunya sampai setengah jam tapi aku sudah panik dan langsung saja kutelepon cintaku untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Aku tak ingin ada orang lain lagi selain Dewi yang sudah mengucapkan selamat ulang tahun ke Niki. Sumpah, kalau ada aku akan sangat menyesal dan cemburu. Namun ketika kutelepon beberapa kali ke HP Niki, yang kudengar hanyalah lantunan nada jaringan sibuk! Aku kesal dan makin panik. Lalu ku SMS lagi untuk menanyakan keadaan HP Niki sama Dewi. Balasannya adalah…

“Secara tadi HP-nya aa lowbat, terus Olif juga telepon Bang Rangga. Keduluan die.. Wakakaka. Sukurin!”

Membaca SMS balasan dari Dewi tadi, aku menjadi lemas dan kesal sendiri. Mendadak sebal sama Rangga yang hobi banget numpang HP Niki dengan alasan anti publikasi. Halah, kayak artis terkenal saja dia. Semakin sebal juga karena Niki dan Rangga kebetulan berulang tahun pada tanggal yang sama. 1 Desember! BT.. BT.. Arrggghh!!!!!

Tenang..tenang..Kavellania. Masih ada jalan, yaitu dengan memanfaatkan HP Dewi. Ahaaa… Benar juga. Aku pun langsung menelepon Dewi, lama sekali tak diangkat hingga akhirnya putus sendiri, namun aku tetap menelepon kembali dan…

“Iya Bunda sayang…” Itu suara Niki. Betapa senangnya hatiku. Tetap saja panik masih menguasai diriku.

“Ayah… di sini belum jam dua belas tahuuu!!!!” Kataku tanpa sadar, harusnya kata sambutan itu untuk si Dewi reseh!

“Terus kenapa, Bunda?”

“Iya.. pokoknya di sini tuh belum jam dua belas, Ayah!”

“Apaan sih, Bunda?! Ayah enggak ngerti deh.” Niki sedikit mengeraskan suaranya hingga akhirnya tersadar pada kata sambutan anehku tadi.

“Di sana emang sudah jam dua belas ya, Ayah?” Tanyaku, sepintas aku melirik jam dinding kamar, menunjukan pukul dua belas kurang sepuluh menit.

“Di sini sudah hampir jam setengah satu, Bunda sayang…”

“What?! Mau jam setengah satu? Ayah yakin?”

“Yakinlah Bunda. Aduh Bunda kenapa sih, kok jadi aneh gini. Heran deh Ayah.” Diam-diam aku tersenyum mendengar logat melayunya yang kental. Niki lebih sering mengaku sebagai orang Sunda tapi sepertinya sudah lebih banyak ketularan melayu gara-gara lama di Batam.

“Happy birthday, Ayah… Muuuuuuaaaaahhhh…” Langsung saja aku ke topik dan kudengar Niki langsung tertawa mendengar penutup ucapan selamat berupa ciuman jarak jauh yang diberikan padaku. Niki selalu menberikan nama ciuman itu dengan Cikiding Power Of Love. Halah, Entah apa artinya, enggak ngerti deh! Aku senang mendengar tawanya.

“Bunda, terimakasih ya. Kok Bunda belum tidur? Kenapa?”

“Nunggu jam dua belas cuma sepertinya Bunda telat mengucapkannya untuk Ayah.” Kataku dengan nada kecewa.

Sekitar sepuluh menit lebih aku menelepon Niki. Ketika telepon diakhiri, kulirik kembali jam di dinding, sudah jam dua belas lebih lima menit. Aku pun SMS Dewi.

“Wi, BT deh. Gue telat say birthday sama Ayah. Padahal di sini baru saja jam dua belas lebih lima menit. Panjang banget sih perbedaan waktu antara Batam dan Cirebon, sampai setengah jam gitu.”

Seperti biasaDewi membalas SMS itu secepat kilat,

“Sebenarnya waktunya sama, Vel. Gue lupa kalau jam di rumah gue lebih cepat setengah jam. Sengaja biar enggak pada telat pas bangun pagi. Hehehehe PISS, Vella.”

Langsung saja aku SMS balik dengan penuh emosi.

“Loe emang reseh yeee! BT gue sama elo!!!!!!!!!!!!!!!!”

Cirebon, Desember 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar